RASIO
KEUANGAN
Pengertian Rasio Keuangan
Pengertian
analisis rasio keuangan atau yang dikenal dengan istilah financial
ratio ialah sebagai alat analisis untuk membandingkan
angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan dan juga untuk melihat atau mengetahui
posisi keuangan suatu perusahaan serta menilai kinerja manajemen perusahaan
tersebut dalam satu periode tertentu.
Manfaat Analisis Rasio
Keuangan (Financial Ratio Analysis)
Analisis
Rasio Keuangan memberikan berbagai manfaat bagi manajemen perusahaan, kreditur
dan investor. Beberapa manfaat analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut :
§ Membantu
menganalisis tren kinerja sebuah perusahaan.
§ Membantu
para stakeholder untuk membandingkan hasil keuangan suatu perusahaan dengan
pesaingnya.
§ Membantu
Manajemen, kreditur dan investor untuk mengambil keputusan.
§ Dapat
menunjukan letak permasalahan keuangan perusahaan serta kekuatan dan
kelemahannya.
Keunggulan
Analisis Rasio Keuangan
Analisis
keuangan, yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan
kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi
manajemen dimasa lalu dan prospeknya dimasa mendatang. Dengan analisis keuangan
ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh seorang busines
enterprise. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki
kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang
cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran
investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai. Dengan menganalisis
prestasi keuangan, seorang analis keuangan akan dapat menilai apakah manajer
keuangan dapat merencanakan dan mengimplementasikan kedalam setiap tindakan
secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.
Disamping itu analisis semacam ini juga dapat dipergunakan oleh pihak lain
seperti bank, untuk menilai apakah cukup beralasan ( layak ) untuk memberikan
tambahan dana atau kredit baru, calon investor untuk memproyeksikan prospek
perusahaan dimasa datang ( R. Agus Sartono, 1994 : 119 – 120 ).
Kelemahan
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Teuku Mirza dan Imbuh S ( 1999 ), ada beberapa kelemahan dari rasio
keuangan :
(1)
Adanya distorsi karena laba yang dimasukkan tidak memasukkan unsur biaya modal
ekuitas.
(2)
Laporan keuangan dari suatu perusahaan yang memiliki sejumlah divisi dari
industri yang berlainan akan sulit dibandingkan dengan perusahaan lain atau
dengan data suatu industri.
(3)
Terjadinya distorsi karena pengaruh inflasi dan penggunaan data historis dalam
akuntansi.
(4)
Laporan keuangan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus didukung oleh
catatan atas laporan keuangan. Informasi ini harus dicermati karena mungkin memuat
potensi masalah yang dapat sangat mempengaruhi kondisi keuangan suatu
perusahaan.
(5)
Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisa. Misalkan, quick rqtio yang
tinggi apakah bagus karena kuatnya likuiditas perusahaan. Atau, justru jelek
karena perusahaan memegang kas yang berlebih yang justru tidak produktif.
(6)
Perbedaan dalam perlakuan akuntansi dapat menimbulkan distorsi dalam
membandingkan rasio.
(7)
Adanya praktek window dressing tentunya membuat laporan keuangan terlihat
bagus.
Nah
sekarang kita akan bahas macam-macam rasio keuangan. Ada apa aja sih
macam-macam rasio keuangan? Yukk kita bahas!!!
1. Earning Ratio
·
DPS
(Dividen Per Share)
Pengertian
dividen per lembar saham (DPS) menurut Susan Irawati (2006:64) menyatakan bahwa
:
"Dividen
per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan
kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham
biasa yang beredar”.
Dividend
Per Share (DPS) adalah bagian keuntungan yang diberikan kepada para
pemegang saham yang jumlahnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.
Rumus :
DPS = Total dividen yg dibagikan :
Jumlah lembar saham yg beredar
·
EPS
(Earning Per Share)
Laba
per saham atau Earning Per Share atau EPS adalah ukuran profitabilitas yang
sangat berguna dan apabila dibandingkan dengan Laba per Saham pada perusahaan
sejenisnya, Laba per Saham ini akan memberikan suatu gambaran yang sangat jelas
tentang kekuatan profitabilitas antara perusahaan yang bersangkutan
dengan perusahaan pembandingnya. Perlu diketahui bahwa perusahaan pembandingnya
harus merupakan perusahaan yang bergerak di jenis industri yang sama. Earning
per Share atau EPS ini apabila dihitung selama beberapa tahun, maka akan
menunjukan apakah profitabilitas perusahaan tersebut semakin membaik atau malah
semakin memburuk. Investor biasanya akan menginvestasikan dananya pada
perusahaan yang Laba per Sahamnya yang terus meningkat.
Rumus
:
EPS
(Earning per Share atau Lembar per Saham) dihitung dengan membagi laba bersih
setelah pajak dan dividen yang dibagikan dengan jumlah saham yang beredar.
Earning per Share ini dapat dinyatakan dengan rumus EPS dibawah ini :
Laba per Saham (EPS) = (Laba
Bersih setelah Pajak – Dividen) / Jumlah Saham yang Beredar
Jika
terjadi perubahan struktur modal (contohnya perubahan jumlah saham) selama
perioda pelaporan, maka saham yang beredar harus dihitung berdasarkan rata-rata
tertimbang saham (weighted average share) yang beredar selama tahun berjalan.
·
RPS
(Revenue Per Share)
Perhitungan pendapatan untuk
trailing 12-bulan (TTM) dibagi dengan saham yang beredar.
Rumus :
Pendapatan Per Saham (Kuartal) =
Penerimaan Kuartalan / Saham Biasa
Pendapatan Per Saham (TTM) = Tertinggal
12 Bulan Pendapatan / Saham Biasa Beredar dari kuartal terbaru
·
BVPS
( Book Value Per Share)
` Book Value per Share (BVPS) atau
dalam bahasa Indonesia disebut dengan Nilai Buku per Saham adalah rasio yang
digunakan untuk membandingkan ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang
beredar. Dengan kata lain, Rasio Book Value per Share ini digunakan untuk
mengetahui berapa jumlah uang yang akan diterima oleh pemegang saham apabila
suatu perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) atau jumlah uang yang dapat diterima
oleh pemegang saham apabila semua aktiva (aset) perusahaan dijual sebesar nilai
bukunya.
Rumus :
Book Value per Share = Total Ekuitas /
Jumlah Saham yang Beredar
atau
Book Value per Share = (Aset – Hutang) /
Jumlah Saham yang beredar
·
CFPS
( Cash Flow Per Share)
Arus
kas per saham adalah laba setelah pajak ditambah depresiasi pada basis
per-saham yang berfungsi sebagai ukuran kekuatan keuangan perusahaan. Banyak
analis keuangan lebih menekankan pada nilai arus kas per saham daripada nilai
laba per saham. Meskipun nilai laba per saham dapat dimanipulasi, arus kas per
saham lebih sulit diubah, sehingga menghasilkan nilai kekuatan dan
keberlanjutan model bisnis tertentu yang lebih akurat.
Rumus :
Cash Flow Per Share = (Operating Cash
Flow – Preferred Dividends) / Common Shares Outstanding
·
CEPS
(Cash Equivalent Per Share)
Kas
dan setara kas (CCE) adalah aset lancar paling likuid yang ditemukan pada
neraca keuangan suatu perusahaan. Setara tunai adalah komitmen jangka pendek
"dengan kas menganggur sementara dan mudah dikonversi menjadi jumlah uang
tunai yang diketahui". [1] Investasi biasanya dihitung sebagai setara kas
ketika memiliki jangka waktu pendek 90 hari atau kurang, dan dapat dimasukkan
ke dalam saldo kas dan setara kas dari tanggal akuisisi ketika ia membawa
risiko tidak signifikan dari perubahan dalam nilai aset ; dengan lebih dari 90
hari, aset tersebut tidak dianggap sebagai kas dan setara kas. Investasi
ekuitas sebagian besar dikecualikan dari setara kas, kecuali pada dasarnya
setara kas, misalnya, jika saham yang disukai diperoleh dalam jangka waktu
pendek dan dengan tanggal pemulihan yang ditentukan.
Rumus :
Change in CCE = End of Year Cash and
Cash equivalents - Beginning of Year Cash and Cash Equivalents
Value of Cash and Cash Equivalents at
the end of period = Net Cash Flow + Value of CCE at the period of beginning
·
NAVPS
(Net Assets Value Per Share)
Net
Assets Value Per Share (NAVPS) adalah ekspresi untuk nilai aset bersih yang
mewakili nilai per saham dari reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa
(ETF) atau dana tertutup. Ini dihitung dengan membagi total nilai aset bersih
dari dana atau perusahaan dengan jumlah saham yang beredar.
Rumus :
NAVPS = (Market
Value of
All Securities Held by Fund + Cash and Equivalent Holdings - Fund
Liabilities) / Total Fund Shares
Outstanding
2. Valuation Ratio
·
PER
( Price to Earning Ratio)
Price
To Earning Ratio, atau disingkat P/E Ratio adalah alat utama penghitungan harga
saham suatu perusahaan dibandingkan dengan pendapatan perusahaan.
Rumus :
P/E Ratio = Harga Saham / Earning Per
Share
·
PSR
(Price Sales Ratio)
Price
to Sales Ratio (PSR atau P/S Ratio) yang dalam bahasa Indonesia disebut
dengan Rasio Harga terhadap Penjualan ini adalah rasio keuangan yang
membandingkan harga saham perusahaan dengan penjualan tahunannya. Sama dengan
Price to Earning Ratio (PER) dan Price/Earning to Growth Ratio (PEG), Price to
Sales Ratio ini biasanya juga digunakan untuk penilaian saham atau umumnya
disebut dengan istilah Rasio Valuasi Investasi atau Rasio Valuasi Saham.
Rumus :
Rasio Harga Terhadap Penjualan atau
Price to Sales Ratio ini dihitung dengan membagikan Harga per Saham dengan
Pendapatan per Saham.
Price to Sales Ratio = Harga per Saham /
Pendapatan per Saham
Atau
Price to Sales Ratio = Kapitalisasi
Pasar / Penjualan
Catatan :
Harga
per Saham dapat dilihat dari sumber-sumber yang memuat data pasar saham
sedangkan Pendapatan per Saham dapat dihitung dengan membagikan Pendapatan
Perusahaan yang terdapat dalam Laporan Keuangan dengan Jumlah keseluruhan saham
yang beredar.
Kapitalisasi
Pasar dapat dihitung dengan mengalikan Harga per Saham dengan jumlah saham yang
beredar. Sedangkan Pendapatan Perusahaan dapat dilihat dari Laporan Keuangan
Perusahaan yang bersangkutan.
·
PBVR
(Price Book Value Ratio)
Price
to Book Value atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Harga terhadap
Nilai Buku yang disingkat dengan PBV adalah rasio valuasi investasi yang sering
digunakan oleh investor untuk membandingkan nilai pasar saham perusahaan dengan
nilai bukunya. RAsio PBV ini menunjukan berapa banyak pemegang saham yang
membiayai aset bersih perusahaan.
Nilai
Buku atau Book Value memberikan perkiraan nilai suatu perusahaan apabila
diharuskan untuk dilikuidasi. Nilai Buku ini adalah nilai aset perusahaan yang
tercantum dalam laporan keuangan atau Balance Sheet dan dihitung dengan cara
mengurangkan kewajiban perusahaan dari asetnya (Nilai Buku = Aktiva –
Kewajiban). Dengan kata lain, Rasio Price to Book Value ini dapat menunjukan
apa yang akan didapatkan oleh pemegang saham setelah perusahaan terjual
dengan semua hutangnya telah dilunasi. Rasio PBV yang rendah merupakan tanda
yang baik bagi perusahaan.
Price
to Book Value atau Price/Book Value Ratio ini membantu investor untuk
membandingkan nilai pasar atau harga saham yang mereka bayar per saham dengan
ukuran tradisional nilai suatu perusahaan.
Rumus :
Rasio Harga terhadap Nilai Buku = Harga
per Lembar Saham / Nilai Buku per lembar Saham
Atau dalam bahasa Inggris :
Price to Book Value (PBV) = Stock
Price per Share / Book Vale Per Share
·
PCFR
(Price Cash Flow Ratio)
Price
to Cash Flow Ratio (PCFR atau P/CF Ratio) atau dalam bahasa Indonesia disebut
dengan Harga Terhadap Arus Kas adalah rasio valuasi investasi yang digunakan
oleh investor untuk mengevaluasi daya tarik investasi terhadap saham suatu
perusahaan dengan membandingkan harga saham suatu perusahaan dengan arus kas
perusahaan tersebut. Dengan kata lain, Price to Cash Flow Rasio ini menunjukan
jumlah uang yang bersedia dibayar oleh Investor untuk arus kas yang dihasilkan
oleh perusahaan.
Rumus :
Price to Cash Flow Ratio = Harga Saham /
Arus Kas per Saham
Price to Cash Flow Ratio ini juga bisa
dihitung dengan menggunakan Kapitalisasi Pasar. Persamaan atau Rumusnya dapat
ditulis seperti dibawah ini :
Price to Cash Flow Ratio = Kapitalisasi
Pasar / Arus Kas
Keterangan :
Arus
Kas per Saham dapat dihitung dengan menambahkan amortisasi dan penyusutan
(depresiasi) ke laba bersih kemudian dibagi dnegan jumlah saham yang beredar.
Arus Kas ini dapat kita temukan di Laporan Keuangan Arus Kas Tahunan.
Arus Kas per Saham = (Pendapatan bersih
+ Depresiasi + Amortisasi) / Jumlah saham yang beredar
3. Protatibility Ratio
·
DPR
(Divident Payout Ratio)
Dividend
Payout Ratio (DPR) atau Rasio Pembayaran Dividen adalah
rasio yang menunjukkan persentase setiap keuntungan yang diperoleh yang
didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai.
Jadi
DPR menunjukkan besaran dividen yang dibagikan terhadap total laba bersih
perusahaan sekaligus menjadi sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen
yang akan dibagikan ke pemegang saham
Definisi
lain dari Dividend Payout Ratio menyebutkan bahwa DPR adalah jumlah
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham dibandingkan dengan jumlah total
laba bersih perusahaan.
Jumlah
yang tidak dibayarkan dalam dividen kepada pemegang saham dipegang oleh
perusahaan untuk mengembangkan perusahaan. Jumlah yang disimpan oleh perusahaan
disebut saldo laba ditahan.
Rumus :
DPR dihitung dengan membagi jumlah
dividen tunai perusahaan dengan laba bersih perusahaan.
DPR = Dividend : Net Profit (Laba
Bersih)
Dividend
Payout Ratio juga dapat dihitung dengan rumus per lembar
saham kembali berdasarkan “per saham”.
Jika
dividen per saham dan laba per saham diketahui, rasio pembayaran dividen dapat
dihitung dengan menggunakan konsep dividen yang sama yang dibayarkan dibagi
dengan pendapatan, atau laba bersih.
DPR = Dividend Per Share (DPS) : Earning
Per Share (EPS)
Dividend
Payout Ratio juga dapat dihitung dengan menghitung Retention Ratio (RR)
terlebih dahulu.
Retention
Ratio adalah rasio yang menunjukkan persentase saldo laba yang ditahan
dibandingkan dengan laba bersih perusahaan.
RR = Saldo Laba Ditahan : Net Profit
(Laba Bersih)
DPR = 1 – Retention Ratio
·
GPM
(Gross Profit Margin)
Gross
Profit Margin atau Marjin Laba Kotor adalah rasio profitabilitas yang digunakan
untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap pendapatan penjualan.
Gross Profit atau Laba Kotor yang dimaksud disini adalah pendapatan Penjualan
yang dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). Biaya yang termasuk
pada Harga Pokok Penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (CGS) ini
diantaranya seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung yang terkait dengan
pembuatan suatu produk. Dengan kata lain, Rasio Marjin Laba Kotor
atau Gross Profit Margin ini digunakan untuk mengukur seberapa
efisien perusahaan menggunakan bahan dan tenaga kerjanya untuk memproduksi dan
menjual produk-produknya untuk menghasilkan keuntungan.
Marjin
Laba Kotor atau Gross Profit Margin ini merupakan suatu indikator
penting karena dapat memberikan informasi kepada Manajemen maupun Investor
tentang seberapa untungnya kegiatan bisnis yang dijalankan oleh suatu
perusahaan tanpa memperhitungkan biaya tidak langsung. Marjin Laba Kotor ini
juga dapat memberikan wawasan kepada investor tentang tingkat kesehatan
perusahaan yang sebenarnya.
Rumus :
Untuk
mendapatkan Marjin Laba Kotor, kita perlu mendapatkan dulu hasil Laba Kotornya,
Laba Kotor atau Gross Profit adalah Total pendapatan penjualan yang dikurangi
Harga Pokok Penjualan (HPP).
Laba Kotor = Pendapatan Penjualan –
Harga Pokok Penjualan
Setelah
mendapatkan Laba Kotor atau Gross Profit, selanjutnya adalah membagikan
Laba Kotor (Gross Profit) tersebut dengan total Pendapatan Penjualan (Sales Revenue).
Marjin Laba Kotor = Laba Kotor /
Pendapatan Penjualan
Keterangan :
Harga
Pokok Penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (COGS) adalah seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk dapat memproduksi barang yang dijual atau Harga
perolehan dari barang yang dijual. Biaya-biaya pembentuk HPP diantaranya
seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya-biaya overhead.
Pendapatan
Penjualan atau Sales Revenue adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan
dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggannya.
·
NPM
(Net Profit Margin)
Net
Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba
Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase
laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba
Bersih ini menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua
biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut juga dengan
Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba).
Bagi
Investor, Marjin Laba Bersih atau Net Profit Margin ini biasanya
digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen mengelola
perusahaannya dan juga memperkirakan profitabilitas masa depan
berdasarkan peramalan penjualan yang dibuat oleh manajemennya. Dengan
membandingkan laba bersih dengan total penjualan, investor dapat melihat berapa
persentase pendapatan yang digunakan untuk membayar biaya operasional dan biaya
non-operasional serta berapa persentase tersisa yang dapat membayar
dividen ke para pemegang saham ataupun berinvestasi kembali ke perusahaannya.
Rumus :
Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah
Pajak / Pendapatan Penjualan bersih
Atau dalam bahasa Inggris :
` Net Profit Margin = Net Profit / Net
Sales
·
EBIT
(Earning Before Interest & Tax)
Earnings
Before Interest & Taxes (EBIT) atau Pendapatan Sebelum Bunga & Pajak
merupakan indikator profitabilitas perusahaan, dihitung sebagai pendapatan
dikurangi biaya, tidak termasuk pajak dan bunga.
EBIT
juga disebut sebagai Operating Earnings, Operating Profit, dan Profit Before
Interest and Taxes (PBIT).
EBIT
digunakan untuk mengukur laba yang dihasilkan perusahaan dari operasinya,
sehingga identik dengan “laba operasi”.
Dengan
mengabaikan biaya pajak dan bunga, EBIT berfokus pada kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan dari operasi.
Rumus :
EBIT = Pendapatan – Biaya Operasional
atau
EBIT = Laba Bersih + Bunga + Pajak
·
ROE
(Return On Equity)
Pengembalian
ekuitas atau ROE (Return On Equity) adalah salah satu perhitungan yang masuk
dalam rasio profitabilitas. ROE merupakan perhitungan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal
sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.
ROE sangat bergantung pada besar-kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan
kecil tentu memiliki modal yang relatif kecil, sehingga ROE yang dihasilkanpun
kecil, begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar.
Return
on equity (ROE) adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas dan
dinyatakan dalam bentuk persen. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
badan usaha dalam menghasilkan laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah
diinvestasikan pemegang saham. ROE dinyatakan dalam persentase dan dihitung
dengan rumus
ROE
(Return On Equity) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang
telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van Horne dan Wachowicz,
2005:225).
Rumus :
Return On Equity = laba bersih : ekuitas
·
ROA
(Return On Assets)
Return
on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Tingkat Pengembalian
Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba
bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya
atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering
disingkat dengan ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu
perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu
periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).
Dapat
dikatakan bahwa satu-satunya tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan
pendapatan dan tentunya juga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan
itu sendiri. Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat membantu manajemen dan
investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu mengkonversi
investasinya pada aset menjadi keuntungan atau laba (profit).
Rumus :
Return on Assets (ROA) = Laba bersih
setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total Aset)
4. Liquidity Ratio
·
DER
(Debt to Equity Ratio)
Debt
to Equity Ratio atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Hutang
terhadap Ekuitas atau Rasio Hutang Modal adalah suatu rasio keuangan yang
menunjukan proporsi relatif antara Ekuitas dan Hutang yang digunakan untuk
membiayai aset perusahaan. Rasio Debt to Equity ini juga dikenal sebagai Rasio
Leverage (rasio pengungkit) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
baik struktur investasi suatu perusahaan.
Debt
to Equity Ratio atau DER adalah rasio keuangan utama dan digunakan untuk
menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio ini juga merupakan ukuran
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Rasio Debt to Equity
ini merupakan rasio penting untuk diperhatikan pada saat memeriksa kesehatan
keuangan perusahaan. Jika rasionya meningkat, ini artinya perusahaan dibiayai
oleh kreditor (pemberi hutang) dan bukan dari sumber keuangannya sendiri yang
mungkin merupakan trend yang cukup berbahaya. Pemberi pinjaman dan Investor
biasanya memilih Debt to Equity Ratio yang rendah karena kepentingan mereka
lebih terlindungi jika terjadi penurunan bisnis pada perusahaan yang bersangkutan.
Dengan demikian, perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio atau Rasio
Hutang terhadap Ekuitas yang tinggi mungkin tidak dapat menarik tambahan modal
dengan pinjaman dari pihak lain.
Rumus :
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas atau Debt
to Equity Ratio (DER) dihitung dengan cara mengambil total kewajiban hutang
(Liabilities) dan membaginya dengan Ekuitas (Equity).
Berikut dibawah ini
adalah Rumus Debt to Equity Ratio (DER).
Debt to Equity Ratio (DER) = Total
Hutang / Ekuitas
Catatan :
Hutang
atau Kewajiban (Liabilities) adalah kewajiban yang harus dibayarkan secara
tunai ke pihak lain dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan jangka waktu
pelunasannya, Kewajiban atau hutang ini biasanya diklasifikasikan menjadi
Kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang dan kewajiban lain-lain.
Ekuitas
(Equity) adalah hak pemilik atas aset atau aktiva perusahaan yang
merupakan kekayaan bersih (jumlah aktiva dikurangi dengan kewajiban). Ekuitas
dapat terdiri dari setoran pemilik perusahaan dan sisa laba yang ditahan (retained
earning).
Referensi :
https://akuntanonline.com/pengertian-analisis-rasio-keuangan/
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-analisis-rasio-keuangan-jenis-rasio-keuangan/
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2018)
http://wahib.co.id/keunggulan-dan-kelemahan-analisis-rasio-keuangan/
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2018)
http://luqmanhakim0493.blogspot.com/2015/03/deviden-pay-out-ratio-dan-deviden-per.html
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-eps-earning-per-share-laba-per-saham-rumus-eps/
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2018)
http://www.investorwords.com/12679/revenue_per_share.html
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2018)
https://ycharts.com/glossary/terms/revenue_per_share
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-book-value-per-share-nilai-buku-per-saham-rumus-bvps/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://www.investopedia.com/terms/c/cashflowpershare.asp
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://en.wikipedia.org/wiki/Cash_and_cash_equivalents
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://www.investopedia.com/terms/n/navpershare.asp
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://investinganswers.com/financial-dictionary/mutual-fundsetfs/net-asset-value-share-navps-2297
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://www.kompasiana.com/infodatabroker.blogspot.com/54f39cf37455139f2b6c7c8b/price-to-earning-ratio-p-e-ratio
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-price-to-sales-ratio-psr-rasio-harga-terhadap-penjualan-rumus-psr/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-pbv-price-book-value-rumus-pbv/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-price-to-cash-flow-ratio-harga-terhadap-arus-kas-rumus-pcfr/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://www.finansialku.com/definisi-dividend-payout-ratio-adalah/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-gross-profit-margin-marjin-laba-kotor-rumus-gpm/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-net-profit-margin-marjin-laba-bersih-rumus-npm/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://www.accelainfinia.com/glossary/ebit/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://www.jurnal.id/en/blog/2018-rasio-profitabilitas-cara-menghitung-pengembalian-ekuitas-return-on-equity/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-roa-return-assets-rumus-roa-pengembalian-aset/
(Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-debt-to-equity-ratio-der-dan-rumus-der/ (Diakses pada tanggal 8 Desember 2018)